Judul di atas memang sebagai salah satu strategi kebudayaan untuk menjemput peradaban ekonomi emas Indonesia 2045 dari Tegal. Hal ini sebagai salah satu tema pelantikan HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri) Kabupaten Tegal, Senin,13 Januari 2025 di pendopo Amengkurat Kabupaten Tegal Jawa Tengah dan salah satu kisi-kisi rapat kerja ke1 di kampus IBN Tegal.
Judul diatas memang 'bahasa tantangan' perlawanan kebudayaan luar yang merusak akar nilai budaya. Judul diatas sebagai rasa kegelisahan penulis atas fenomena ketidaknyamanan atau ketidakadioan kebijakan dan pemikiran dalam melihat kebudayaan yang belum menjadi nilai kemanusiaan.
Ya industri, bagi penulis itu bukan sekedar menciptakan pabrik memproduksi produk unggulan wisata. Tetapi mengelola sistem strategi kebudayaan yang ada di sekitar kita sebagai warisan idiologi kehidupan
masyarakat kita tanpa merugikan alam dan seisinya.
Masyarakat kita tidak akan hilang kebudayaannya, kuncinya sopan santun atas peraturan adat istiadat dan serta penjagaan ekosistem kebudayaan menjaga peradaban bangsa dan lokasi dimana kita berada.
Pertanyaan, Peradaban seperti apa? Penulis menilai, strategi kebudayaan bagian dari nilai dalam kurun waktu atau episode. Selain itu, dalam konteks menjemput peradaban 2045 Indonesia emas di Era Jokowi sebagai terobosan pemikiran strategi kebudayaan yang harus diamini atau dilaksanakan dengan kesadaran kebangsaan dan cinta tanah air.
Lalu dengan apa ? bagi penulis dengan apa yang kita punyai, baik gagasan, potensi alam, potensi substansi kebudayaan agar peradaban bangsa dan masyarakat Nusantara ini tidak hilang akar nilai di era 4.0, (masyarakat peradaban berbasis IT dan robotik.)
Masyarakat Nusantara dalam ruang waktu 4.0 dan masuk 5.0 peradaban manusia beserta fungsinya serta arah pembangunan fisik dan non fisik tidak lepas dalan strategi kebudayaan bangsa ini, wabil khusus kabupaten Tegal.
Judul diatas bagian dari pekerjaan rumah kita, masyarakat dan pemerintah untuk bisa menjadikan Kabupaten Tegal berbasis industri wisata kebudayaan tanpa merusak etika dan nilai budaya masyarakat.
Ya itu susah dan sangat sulit, jika tidak adanya ikhtiar atau partisipasi masyarakat dan swasta serta pemerintah dan pelaku usaha dan aktifis kebudayaan yang sudah bergerak dalam mengimplementasikan strategi kebudayaan.
Kunci dari pada itu semua diantaranya saling bersama sama, berkomunitas, berjamaah, bergotong royong dan menjadikan visi bersama. Pastinya judul diatas akan tercapai, untuk keseimbangan kehidupan manusia dan alam saling mendukung.
Sehingga substansi pembangunan perspektif industri wisata dengan pola strategi kebudayaan mengarah pada hakiki kemanusiaan dalam ruang kebijakan akan tercapai. (Eko Wahyudi mahasiswa S2 UNUSIA jakarta)